Senin, 19 Maret 2012

NEW CERPEN


BERCENGKRAMA DENGAN KEHENINGAN

Hari itu adalah hari besar agama Hindu. Aku dan Putra baru saja terbangun dari peraduan. Putra nampaknya sedikit bingung, Karena hari itu sangat sunyi. Oh, ya. Putra adalah teman sebayaku yang beda agama. Ia baru 3 hari tinggal di Bali. Orang tuanya merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan. Sehingga, Dia ikut serta bersama mereka, dan disekolahkan di sekolah yang sama denganku.
Di kamar kos yang kami tempati ini, kami menhabiskan waktu dengan berbincang-bincang.
                        Wah de, Ini ya yang namanya hari raya Nyepi? Sungguh terasa menenangkan bagiku.”, Kata Putra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ya, ini adalah sebuah pengalaman yang berharga bagimu. Mungkin di daerahmu tidak ada kejadian seperti ini.”, Jawabku setengah berbisik.
                        “Pastinya De, Aku kan tinggal di Jakarta. Mana mungkin ada kejadian kayak gini. Oh ya, Aku juga merasa nyaman jika kejadian ini berlangsung satu hari.”,  Ujarnya pelan.
“Kamu benar, Put. Kejadian ini memang berlangsung satu hari. Jadi, kamu harus menjadikan momen ini sebagai pengalamanmu selama tinggal di Bali.”, Kataku lagi.

Hari semakin siang. Aku dan Putra pun pergi ke halaman depan untuk mencari udara.
Kelihatannya Putra sedikit khawatir denganku.
“De, Kok nggak makan?”.
“Ya Put. Hari ini memang semua umat Hindu tidak makan dan minum. Termasuk aku.”.

Setelah aku selesai menjelaskan semua kepada Putra, barulah dia mengerti keadaanku.
Dia hanya bisa tersenyum, dan merasakan keheningan yang terjadi.
Setelah lama berada di halaman, Kami pun kembali masuk ke dalam kamar.
                        Hari semakin gelap. Aku pun segera mandi.
            Seusai mandi, aku segera melakukan hal rutin setiap hari yaitu sembahyang.
Setelah semuanya selesai, aku pun kembali ke kamar.
                        “Lho, De. Kok lampunya tidak dinyalakan?”.
“Inilah uniknya hari raya ini. Semua orang yang ada di Bali, tidak diperkenankan menyalakan lampu.”
“Trimakasih ya De. Kamu udah bisa menjelaskan semuanya sedari pagi hingga sekarang. Aku mengerti sekarang.”.

Saat itulah, Putra mulai mengerti semua yang terjadi di Bali.
Ini akan dijadikan pengalaman olehnya.

Dari cerita di atas, Saya ingin mengucapkan: Selamat hari raya Nyepi, Tahun baru Saka 1934.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar